Jumat, 25 November 2011

HISTOLOGI PENYEMBUHAN LUKA BAKAR KIMIAWI



a.         Fibroblas
Sebagai respon terhadap cedera, fibroblas berproliferasi dan lebih aktif mensintesis komponen ekstrasel jaringan ikat. Pada luka yang menyembuh, biasanya fibroblast tampak lebih besar dan lebih basofilik. Pada sediaan histologi fibroblas yang dicat dengan PAS mengandung banyak granul bersitoplasma kecil. Granul-granul inilah yang diduga menjadi prekusor kolagen dan glikoaminoglikan yang selanjutnya digetahkan ke dalam matriks dalam jumlah berlebihan, karena hal itu pula yang membuat banyak ahli histologi meyakininya sebagai proses pencetus pembentukan sikatrik. Sel ini biasanya tersebar sepanjang berkas kolagen dan dalam sediaan tampak sebagai sel fusiform dengan ujung–ujung meruncing. Sitoplasmanya eosinofilik dan bentuknya lebih jelas pada sediaan yang dipulas dengan H & E (Bloom dan Fawcett, 2002).



b.        Serabut kolagen
Serabut kolagen yang dihasilkan oleh Fibroblas. Kolagen disintesis tidak langsung dalam produk akhirnya. Pada mulanya, prokolagen di bentuk dengan suatu mekanisme biosintesis yang rumit kemudian berpolimerase di ekstrasel menjadi kolagen. Kolagen dihasilkan fibroblas untuk menautkan tepi luka kemudian membentuk kontraksi parut membuat jaringan bekas luka menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Saat kolagen mendominasi proses penyembuhan luka, terjadi pengurangan vaskularisasi sehingga tanda-tanda radang sudah hilang (Bisono, 2009).

c.         Epitel
Epitel sel basal di tepian luka akan terlepas dari dasarnya dan berpindah menutupi dasar luka, lalu tempatnya diisi oleh hasil mitosis sel epitel lainnya. Proses migrasi ini hanya berjalan ke permukaan yang rata atau lebih rendah, tidak dapat naik. Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel secara sempurna. Sel epitel kulit berbentuk polihedral tak teratur yang menggepeng ke arah permukaan, dan pada lapis superfisial berupa sel gepeng. Semakin superfisial, sel epitel kulit tak lagi berinti dan sitoplasmanya tergantikan sklero-protein dan keratin (Bisono, 2009; Bloom dan Fawcett, 2002).
REFERENCE:
Bisono, Pusponegoro AD. (1997). Luka, Trauma, Syok dan Bencana. Dalam: Syamsuhidajat R, Jong WD ed Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 81-91.

Bloom & Fawcett. (2002). Buku Ajar Histologi Dasar. Jakarta : EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar